Satechainmedia.com- Korea Selatan kembali unjuk inovasi dengan ide nyeleneh namun visioner: mengubah aktivitas crypto trading menjadi kompetisi e-sport.
Seperti dilansir Times Scope Journal, terobosan ini dipamerkan dalam rangkaian Korea Blockchain Week 2025 di Seoul. Salah satu agenda yang paling menyita perhatian adalah “Perp-DEX Day” serta turnamen unik bertajuk “Criminal Trading.”
Di acara tersebut, aktivitas jual-beli aset digital ditampilkan bak pertandingan gim profesional lengkap dengan papan skor, komentator yang membakar suasana, hingga sorakan penonton yang larut dalam tensi persaingan.
Formatnya pun tak main-main. Peserta beradu cepat dan cermat menggunakan kontrak berjangka tanpa batas waktu (perpetual), di mana setiap strategi mereka dipantau secara langsung. Penonton bisa menyaksikan dengan jelas bagaimana trader merespons peluang maupun ancaman likuidasi. Sensasi menegangkan layaknya final turnamen e-sport, tapi dengan instrumen utama berupa aset kripto nyata.
Korea Selatan : Trading crypto Jadi Hiburan Massal
Turnamen ini menghadirkan atmosfer baru: trader bertarung di depan publik sambil mempertaruhkan modal sungguhan. Setiap keputusan dari membuka posisi hingga melawan tekanan pasar diproyeksikan real time di layar.
Drama pun tak terelakkan. Ada momen di mana peserta hampir kehilangan seluruh posisinya akibat fluktuasi harga, membuat penonton terpaku seolah sedang menonton klimaks pertandingan e-sport populer.
Menurut data penyelenggara, salah satu ajang prop trading bahkan mencatat volume transaksi mencapai US$18,7 juta. Angka ini membuktikan bahwa konsep tersebut jauh dari sekadar simulasi; risikonya benar-benar nyata.
Meski beberapa pertandingan menggunakan model simulasi demi alasan keamanan, perhitungan risiko tetap ditampilkan terbuka. Tujuan utama tetap sama: menarik generasi muda masuk ke dunia kripto sekaligus memperkenalkan transparansi dalam perdagangan digital.
Tantangan dan Proyeksi Masa Depan
Namun, eksperimen ini bukan tanpa kontroversi. Sejumlah analis memperingatkan potensi masalah regulasi, mulai dari kemungkinan manipulasi pasar hingga risiko memicu perilaku spekulatif berlebihan.
Pertanyaan pun muncul: apakah format ini bisa berkembang menjadi liga e-sport profesional lengkap dengan sponsor dan basis penggemar, atau hanya sebatas gimmick dalam event blockchain?
Respon publik terbelah. Di media sosial, ada yang memuji langkah ini sebagai inovasi segar yang membuka babak baru dalam “hiburan finansial.” Sebaliknya, tak sedikit yang menilai kompetisi semacam ini justru bisa mendorong investor ritel terjebak spekulasi berlebihan.
Meski demikian, acara seperti Perp-DEX Day dan Criminal Trading berpotensi menjadi pondasi lahirnya genre e-sport baru: kompetisi perdagangan aset digital.
Dengan memadukan teknologi blockchain, transparansi transaksi, dan atmosfer kompetitif, Korea Selatan berhasil menciptakan format baru yang menggabungkan hiburan, persaingan, sekaligus inovasi finansial.
Hingga kini, otoritas keuangan Korea Selatan belum memberikan pernyataan resmi soal regulasi model ini. Namun, melihat tingginya antusiasme publik, besar kemungkinan format kompetisi crypto trading ala e-sport akan segera menjadi perhatian serius para regulator.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Satechain media di Google News. Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.