Indonesia Website Awards
Satechain Media

Saham Terjun Bebas, Tapi Bitcoin Tetap Tangguh Apa yang Sebenarnya Terjadi?

SHARE

Satechainmedia.com- Ketika gejolak ekonomi global menghantam pasar saham dan membuat banyak investor panik, satu aset digital justru tetap kokoh tanpa banyak goyah: Bitcoin.

Di saat indeks-indeks utama di Amerika Serikat terpukul akibat kekhawatiran terhadap perang dagang dan bayang-bayang resesi, Bitcoin justru menampilkan ketenangan yang tidak biasa. Stabilitas ini menjadi perbincangan hangat, terutama karena biasanya aset kripto dikenal sangat volatil.

Jordi Visser, veteran Wall Street yang kini menjalankan Visser Labs, menyampaikan analisis menarik dalam wawancaranya di kanal YouTube Anthony Pompliano. Menurutnya, pekan ini bisa menjadi momen penting dalam sejarah Bitcoin — semacam titik balik — jika harga BTC mampu bertahan di kisaran US$80.000 hingga US$84.000 di tengah guncangan pasar global.

Pasar Saham Kacau, Bitcoin Malah Tersenyum?

Saham-saham global sedang menghadapi tekanan berat. Pemerintah AS baru saja menerapkan kebijakan tarif yang disebut “Deklarasi Kemerdekaan Ekonomi”, yang langsung memicu ketegangan perdagangan dengan sejumlah negara besar, termasuk Tiongkok.

Akibatnya, banyak perusahaan Amerika, terutama di sektor teknologi dan ritel, mulai mengalami penyusutan margin karena biaya impor melonjak. Bahkan Apple, yang sebagian besar produksinya masih bergantung pada Tiongkok, ikut terdampak cukup dalam.

Namun menurut Visser, kondisi ini sudah cukup diperhitungkan pasar. Ia mengatakan bahwa ketika S&P 500 tidak menunjukkan pertumbuhan signifikan secara tahunan, itu bisa diartikan pasar telah menghitung kemungkinan resesi sebesar 50 persen.

Bitcoin: Bukan Lagi Bayangan NASDAQ

Selama ini, sebagian analis menganggap Bitcoin hanyalah ‘versi berisiko’ dari saham teknologi, alias NASDAQ dengan leverage. Tapi sekarang, BTC justru menunjukkan performa lebih baik dibanding saham-saham andalan seperti Microsoft, Google, atau Nvidia.

Visser bahkan menyebut Bitcoin sebagai “mercusuar” di tengah badai ekonomi. Salah satu alasannya? Bitcoin tidak tunduk pada kebijakan tarif. Ini menjadikannya aset yang relatif netral dan tidak terikat oleh sistem perdagangan konvensional yang kini sedang dalam kekacauan.

Selain itu, dunia yang makin terdigitalisasi mulai membutuhkan alat tukar global yang efisien dan tidak mudah diawasi negara. Di sinilah Bitcoin mulai menonjol.

Pasar Tenaga Kerja Masih Tahan Banting

Yang menarik, di tengah kekhawatiran resesi, angka pengangguran tetap rendah. Klaim tunjangan tidak menunjukkan kenaikan berarti sejak 2022, dan sektor kesehatan bahkan masih membuka banyak lapangan kerja.

Bagi Visser, ini jadi penanda penting. “Selama penghasilan tetap tumbuh dan tidak ada gelombang PHK besar-besaran, sulit menyebut ini sebagai resesi,” katanya.

Perang Dagang atau Taktik Diplomasi?

Visser meyakini bahwa kebijakan tarif saat ini lebih menyerupai taktik negosiasi, bukan bentuk proteksionisme murni. Beberapa negara seperti Kanada dan Vietnam sudah melunak, tapi hubungan AS–Tiongkok masih jadi ujian utama.

Jika negosiasi buntu dan ketegangan semakin panas, saat itulah aset seperti Bitcoin benar-benar akan diuji nilainya.

Konsumen Bisa Bertahan, Tapi Sampai Kapan?

Perusahaan besar seperti Walmart dan Ford masih bisa menahan dampak tarif agar tidak membebani konsumen. Tapi bagaimana dengan pelaku usaha kecil? Mereka kemungkinan besar tidak punya ruang manuver, dan itu bisa berdampak langsung pada harga barang dan daya beli masyarakat.

Visser mengingatkan, “Jangan berharap harga tetap stabil selamanya. Jika usaha kecil terpukul, dampaknya akan terasa ke seluruh lapisan ekonomi.”

Bahkan, ia memperkirakan bahwa jika tekanan ekonomi terus berlanjut, Federal Reserve mungkin terpaksa menurunkan suku bunga lebih cepat bisa jadi dimulai Juni, jika pertumbuhan PDB kuartal pertama dan kedua menunjukkan kontraksi.

Namun sebelum itu terjadi, pasar termasuk Bitcoin kemungkinan sudah lebih dulu menyentuh titik bawah dan siap bangkit kembali.

“Bitcoin berpotensi menembus rekor tertingginya sebelum musim panas ini berakhir,” tutup Visser dengan nada optimis.


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Satechain media di Google News. Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

Privacy Overview

satechainmedia.com menggunakan Cookie untuk memastikan pengalaman terbaik bagi Anda .