Satechainmedia.com- Kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) sejak tahun lalu telah mengirim gelombang riak ke pasar keuangan di seluruh dunia.
Setelah dimulainya kenaikan suku bunga, kinerja perusahaan telah terpengaruh, dan para ahli telah mengungkapkan kekhawatiran mereka. Jamie Dimon, CEO JPMorgan, kabarnya telah menyatakan keprihatinannya tentang kesiapan ekonomi global dalam menghadapi skenario terburuk yang melibatkan kenaikan suku bunga AS hingga mencapai 7% seiring dengan stagflasi.
Seperti dilaporkan oleh Bloomberg, Dimon menyarankan bahwa Federal Reserve (FED) mungkin perlu terus meningkatkan suku bunga untuk mengatasi inflasi yang berkelanjutan, dan peningkatan biaya pinjaman lebih lanjut dapat memiliki dampak lebih merugikan pada ekonomi global.
Federal Reserve AS telah meningkatkan suku bunga acuan sebanyak 525 basis poin sejak Maret 2022. Kenaikan tersebut membawanya ke kisaran 5,25%-5,5%, yang dikatakan sebagai upaya untuk mengatasi inflasi.
Kejadian pengencangan ekonomi ini adalah salah satu faktor yang berkontribusi pada crash pasar kripto yang terjadi tahun lalu. Kerusakan tersebut tidak terbatas pada kripto saja karena sektor perbankan juga harus melaluinya. Namun, dampaknya mulai terlihat tahun ini ketika beberapa institusi perbankan bergengsi mengalami penurunan.
Eksekutif JPMorgan menunjukkan bahwa kenaikan bertahap dari nol menjadi 2% dapat diatasi, dan bahkan lonjakan hingga 5% sesuai dengan ekspektasi. Namun, ia menyatakan ketidakpastian apakah dunia siap untuk kemungkinan suku bunga mencapai 7%.
Ia menekankan bahwa jika volume perdagangan yang lebih rendah bersamaan dengan suku bunga yang lebih tinggi, hal itu dapat menciptakan tekanan dalam sistem keuangan.
Keprihatinan Dimon adalah bahwa jika suku bunga AS naik hingga 7%, terutama dalam konteks stagflasi atau inflasi yang tinggi dan pengangguran yang tinggi, hal itu dapat meningkatkan risiko ekonomi AS tergelincir ke dalam resesi.
Ini tidak akan menguntungkan aset berisiko seperti saham teknologi dan mata uang kripto. Selain itu, pengencangan suku bunga yang terus berlanjut dapat mendorong imbal hasil obligasi AS hingga mencapai tingkat tertinggi dalam beberapa dekade, menjadikan obligasi lebih menarik dan berpotensi mengalihkan modal dari investasi berisiko.
Pernyataan CEO JPMorgan ini berseberangan dengan sentimen umum bahwa siklus pengencangan Federal Reserve telah mencapai puncaknya. Federal Reserve telah menyatakan niatnya untuk menjaga biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lama, menandakan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut bisa jadi akan terjadi.
Sebaliknya, banyak yang mengharapkan bahwa bank sentral Amerika Serikat akan membalik proses tersebut dan mulai menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Namun, Federal Reserve secara tidak langsung menolak kemungkinan tersebut akan terjadi dalam waktu dekat.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Satechain media di Google News. Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang