Satechainmedia.com- Pasar dolar kembali bergejolak investor mulai berburu saham dan kripto menyusul isu suksesi kepemimpinan Federal Reserve. Nama-nama seperti Scott Bessent dan Kevin Warsh, dua sosok yang dikenal berpandangan lunak terhadap kebijakan suku bunga, kini digadang-gadang sebagai calon kuat pengganti Jerome Powell.
Wacana ini mencuat setelah Presiden Donald Trump memberi sinyal bakal menunjuk ketua The Fed yang lebih akomodatif terhadap pelonggaran moneter sebuah perubahan haluan yang bisa menjadi angin segar bagi pasar saham dan kripto.
“Jika salah satu dari nama tersebut dipilih, besar kemungkinan pasar akan menilai ada peluang penurunan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan,” jelas Fahmi Almuttaqin, analis dari Reku.
Menurut Fahmi, potensi pelonggaran kebijakan moneter ini bisa menekan kekuatan dolar AS dan membuka pintu likuiditas menuju aset-aset berisiko.
Investor keluar dari dolar dan berburu : Kripto Bitcoin Tancap Gas, Saham AS Cetak Rekor Baru
Pasar langsung bereaksi cepat. Harga Bitcoin sempat meroket hingga menyentuh level US$108.000 pada Senin (20/6), mencerminkan respons positif terhadap kemungkinan pelonggaran kebijakan oleh The Fed.
Di Wall Street, kinerja dua indeks utama S&P 500 dan Nasdaq juga memecahkan rekor tertingginya. Sepanjang kuartal kedua tahun ini, S&P 500 naik 10,6 persen, sementara Nasdaq melonjak hingga 17,8 persen, dipimpin oleh saham-saham teknologi yang kembali menggeliat.
Fahmi mencatat, di luar faktor moneter, Kanada juga turut menyumbang sentimen positif setelah resmi mencabut pajak digital. “Langkah ini memberi ruang bagi valuasi saham teknologi untuk tumbuh lebih agresif, tanpa lagi dibatasi beban regulasi,” ujarnya.
Potensi Dovish The Fed: Jalan Terbuka untuk Aset Risiko
Pasar kini mulai mengantisipasi kemungkinan turunnya suku bunga lebih awal, bahkan secepat bulan Juli. Ekspektasi ini diperkuat oleh prediksi bahwa inflasi akan melandai lebih cepat dari perkiraan.
“Kalau tren inflasi menurun tajam, The Fed bisa saja mengambil sikap dovish lebih cepat. Ini jadi kabar baik untuk saham pertumbuhan dan aset digital seperti kripto,” terang Fahmi.
Namun demikian, strategi Trump yang disebut sebagai “shadow chair”—menyiapkan pengganti Powell jauh sebelum masa jabatannya berakhir—menimbulkan potensi ketidakpastian baru. Salah satu opsi terbuka adalah kursi Dewan Gubernur The Fed yang akan lowong pada Januari 2026.
“Manuver semacam ini bisa menimbulkan gejolak, khususnya di pasar obligasi dan mata uang,” ujarnya lagi.
Tekanan Politik vs Kebijakan Independen
Di tengah dinamika tersebut, Trump bahkan dikabarkan telah menghubungi Powell secara langsung, mendesaknya untuk memangkas suku bunga hingga 1 persen. Hal ini memunculkan kekhawatiran soal campur tangan politik dalam kebijakan moneter AS.
Langkah-langkah yang tak terduga ini tentu meningkatkan risiko volatilitas di pasar, terutama untuk kripto dan saham yang sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga dan ketidakpastian kebijakan.
Namun di balik ketegangan itu, masih terbuka peluang investasi yang menarik. Fahmi merekomendasikan pendekatan investasi bertahap seperti strategi Dollar-Cost Averaging (DCA), khususnya untuk investor yang ingin memanfaatkan momentum jangka panjang.
“Dengan strategi DCA, investor bisa terus mengakumulasi aset digital unggulan dan saham-saham terbaik secara konsisten, tanpa terlalu terpengaruh fluktuasi jangka pendek,” pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Satechain media di Google News. Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.