Satechainmedia.com- Kabar penting datang dari Washington. Ketua Federal Reserve (FED), Jerome Powell, memberi sinyal kuat bahwa era pengetatan neraca (balance sheet contraction) di Amerika Serikat akan segera berakhir dalam beberapa bulan ke depan.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam pidato resminya dan langsung memicu respon positif di pasar keuangan global. Powell menyebut langkah ini sebagai titik balik dari dua tahun kebijakan quantitative tightening (QT) yang sebelumnya menahan laju likuiditas di pasar.
“Kita tampaknya semakin dekat dengan akhir dari fase kontraksi neraca dalam beberapa bulan mendatang,” ujar Powell.
Namun, ia menegaskan bahwa keputusan akhir tetap bergantung pada kondisi pasar uang dan tingkat cadangan perbankan yang kini menunjukkan tanda-tanda pengetatan likuiditas.
Akhir QT: Sinyal Mulai Pulihnya Likuiditas
Sejak pertengahan 2022, The Fed menjalankan program QT dengan cara menjual obligasi pemerintah dan sekuritas berbasis hipotek, atau membiarkannya jatuh tempo tanpa pembelian ulang. Tujuannya adalah menekan inflasi dengan mengurangi jumlah uang beredar.
Kebijakan ini memang membantu mengendalikan inflasi, namun juga membawa konsekuensi besar likuiditas pasar menurun, memicu tekanan pada saham dan aset berisiko seperti kriptokurensi.
Dengan munculnya sinyal penghentian QT, pelaku pasar mulai melihat potensi kembalinya likuiditas dolar AS ke sistem keuangan. Kondisi ini dapat menjadi angin segar bagi aset berisiko, terutama saham teknologi dan pasar kripto, yang sangat sensitif terhadap perubahan arah kebijakan moneter.
Powell menjelaskan bahwa penghentian QT tidak akan dilakukan secara mendadak. The Fed akan memastikan cadangan bank tetap “memadai” sebelum menormalkan neraca keuangan sepenuhnya. Langkah hati-hati ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas pasar uang selama masa transisi menuju kebijakan yang lebih longgar.
Sinyal Dovish: Potensi Penurunan Suku Bunga
Selain soal QT, Powell juga memberikan sinyal yang tak kalah penting arah suku bunga diperkirakan segera turun. Ia menilai, risiko pelemahan pasar tenaga kerja kini lebih besar daripada ancaman inflasi yang tersisa akibat kenaikan tarif impor.
Dengan inflasi inti PCE berada di kisaran 2,9% dan tanda-tanda melambatnya pertumbuhan tenaga kerja, The Fed mulai membuka ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter.
Data dari CME FedWatch menunjukkan, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan FOMC dua minggu mendatang mencapai sekitar 96,7% sinyal kuat bahwa pasar hampir yakin pada arah kebijakan yang lebih akomodatif.
Langkah ini diharapkan memberi napas baru bagi perekonomian setelah periode panjang tekanan suku bunga tinggi yang membatasi konsumsi dan investasi. Meski demikian, Powell menegaskan bahwa setiap keputusan akan tetap berbasis pada data ekonomi terkini dan dilakukan secara bertahap.
“Kami akan meninjau setiap pertemuan secara independen untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
Dampaknya untuk Aset Kripto
Bagi investor, pernyataan Powell mengandung dua sinyal utama potensi akhir dari QT dan peluang penurunan suku bunga. Kombinasi keduanya dapat menjadi pemicu penting bagi reli baru di pasar aset berisiko, termasuk kripto.
Ketika likuiditas meningkat dan biaya pinjaman turun, investor cenderung beralih ke aset yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi seperti Bitcoin dan altcoin utama.
Jika The Fed benar-benar melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat, paruh akhir tahun 2025 bisa menjadi titik balik yang signifikan, menandai era baru pertumbuhan ekonomi dan penguatan harga aset digital di seluruh dunia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Satechain media di Google News. Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Satechain media di Google News. Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.




